engkau terlalu lama memenjarakanku
dalam gelap,
seperti inikah kiamat?
cuaca sama sekali tak bersahabat
dan kita terapung di samudera luas
begini rupa
juga, seperti jutaan detik lainnya
sejak hari itu kita mati suri
tak menjejak bumi
tak menggapai langit
tak sampai ke mana pun
lalu aku mau mati saja rasanya
"tunggu!", katamu
kemudian aku termangu
mengurai setiap detik, menghitung
sisa cinta yang berceceran
tapi kau batu,
aku jadi kewalahan
menaklukkan waktu.
2004
Sajak Patah Hati I
cinta telah lama mati.
di sini aku mengusung keranda impianku,
menancapkan nisan pada kuburan hati,
sejak wafat sebuah cita-cita
yang hanya mampu bertahan hidup
hanya sekejap.
bersemayamlah kasih
yang tak pernah terbagi.
2004
Sajak Patah Hati II
bakar saja lenganku, kekasih...
agar aku tak menggapai-gapai bayang
untuk dipeluk atau tenunglah aku jadi burung
agar aku dapat terbang bermesra dengan udara
saat kau melayari lautan di senja hari
mencari pelabuhan lain
untuk hatimu.
bakar saja dada ini, kekasih...
agar aku tak dapat merasakan apa pun
ketika mencintaimu
mencintaimu...
hanya sebatas impian
menjelang fajar.
2004
Serenade Biru
aku mencarimu di ujung senja,
ke pekat malam
setangkai aster kubawa serta
kali ini bukan mawar seperti biasa
karena aku tahu, diam-diam
kau tak pernah memupuknya lagi.
aku mencarimu di permulaan pagi,
duri kaktus dalam dekapan
mulai menusuk kalbu
aku tahu, ke mana pun aku mencari
dedaunan yang meranggas meruah di bumiku,
"tak ada cinta lagi", katamu...
aku tahu, setiap kali menyerumu
dan melarikan hati,
tak sampai-sampai aku padamu.
2004
Harris Sukristian
Catatan Harian, 1
aku tak sanggup membuka
pintu. Sebab aku takut,
Tuhan tengah menungguku
bersama catatan harianku
Juni, 2004
Catatan Harian, 2
jangan sentuh catatan harianku!
begitu aku ingatkan padamu; Dewi
biar Dia yang membacanya
di hari di mana kita bersama
dikumpulkan
Juni 2004
Catatan Harian, V
ini waktu yang tidak ditunggu
datang tidak dijemput
pergi menyapu segala kehidupan
yang tertinggal:
catatan harian.
Juni 2004
RATNA AYU BUDHIARTI lahir di Cianjur, 9 Februari 1981. Beberapa karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak, seperti Mingguan Pelajar, Koran Priangan, Majalah Sahabat Pena, Puitika, juga HU Pikiran Rakyat. Tergabung pula dalam antologi bersama yaitu, Orasi Kue Serabi (SST, 2001), Enam Penyair Membentur Tembok, Muktamar (SST,2003), Poligami (SST, 2003), Bunga yang Berserak (KSDS, 2003). Dan Harris Sukristian lahir di Jakarta pada 25 Desember 1970. Puisi-puisinya dimuat diberbagai media massa cetak terbitan daerah maupun Ibu kota. Selain itu pernah pula aktif diberbagai kelompok teater, seperti Teater Longser Antar Pulau, Sanggar Kita Bandung, Laskar Panggung Bandung, dan teater Alibi. Kini ia mengelola penerbitan buku Kelir Bandung, bersama rekan kerjanya, penyair Joko Kurnain.
http://www.pikiran-rakyat.com/
dalam gelap,
seperti inikah kiamat?
cuaca sama sekali tak bersahabat
dan kita terapung di samudera luas
begini rupa
juga, seperti jutaan detik lainnya
sejak hari itu kita mati suri
tak menjejak bumi
tak menggapai langit
tak sampai ke mana pun
lalu aku mau mati saja rasanya
"tunggu!", katamu
kemudian aku termangu
mengurai setiap detik, menghitung
sisa cinta yang berceceran
tapi kau batu,
aku jadi kewalahan
menaklukkan waktu.
2004
Sajak Patah Hati I
cinta telah lama mati.
di sini aku mengusung keranda impianku,
menancapkan nisan pada kuburan hati,
sejak wafat sebuah cita-cita
yang hanya mampu bertahan hidup
hanya sekejap.
bersemayamlah kasih
yang tak pernah terbagi.
2004
Sajak Patah Hati II
bakar saja lenganku, kekasih...
agar aku tak menggapai-gapai bayang
untuk dipeluk atau tenunglah aku jadi burung
agar aku dapat terbang bermesra dengan udara
saat kau melayari lautan di senja hari
mencari pelabuhan lain
untuk hatimu.
bakar saja dada ini, kekasih...
agar aku tak dapat merasakan apa pun
ketika mencintaimu
mencintaimu...
hanya sebatas impian
menjelang fajar.
2004
Serenade Biru
aku mencarimu di ujung senja,
ke pekat malam
setangkai aster kubawa serta
kali ini bukan mawar seperti biasa
karena aku tahu, diam-diam
kau tak pernah memupuknya lagi.
aku mencarimu di permulaan pagi,
duri kaktus dalam dekapan
mulai menusuk kalbu
aku tahu, ke mana pun aku mencari
dedaunan yang meranggas meruah di bumiku,
"tak ada cinta lagi", katamu...
aku tahu, setiap kali menyerumu
dan melarikan hati,
tak sampai-sampai aku padamu.
2004
Harris Sukristian
Catatan Harian, 1
aku tak sanggup membuka
pintu. Sebab aku takut,
Tuhan tengah menungguku
bersama catatan harianku
Juni, 2004
Catatan Harian, 2
jangan sentuh catatan harianku!
begitu aku ingatkan padamu; Dewi
biar Dia yang membacanya
di hari di mana kita bersama
dikumpulkan
Juni 2004
Catatan Harian, V
ini waktu yang tidak ditunggu
datang tidak dijemput
pergi menyapu segala kehidupan
yang tertinggal:
catatan harian.
Juni 2004
RATNA AYU BUDHIARTI lahir di Cianjur, 9 Februari 1981. Beberapa karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak, seperti Mingguan Pelajar, Koran Priangan, Majalah Sahabat Pena, Puitika, juga HU Pikiran Rakyat. Tergabung pula dalam antologi bersama yaitu, Orasi Kue Serabi (SST, 2001), Enam Penyair Membentur Tembok, Muktamar (SST,2003), Poligami (SST, 2003), Bunga yang Berserak (KSDS, 2003). Dan Harris Sukristian lahir di Jakarta pada 25 Desember 1970. Puisi-puisinya dimuat diberbagai media massa cetak terbitan daerah maupun Ibu kota. Selain itu pernah pula aktif diberbagai kelompok teater, seperti Teater Longser Antar Pulau, Sanggar Kita Bandung, Laskar Panggung Bandung, dan teater Alibi. Kini ia mengelola penerbitan buku Kelir Bandung, bersama rekan kerjanya, penyair Joko Kurnain.
http://www.pikiran-rakyat.com/
introducing anonymous | Posted on 20.1.2008 at 1:58 PM hi, salam kenal saya melihat puisi saya yg dimuat di Pikiran Rakyat ada di blog Anda. Rupanya Anda sastrawan juga. Berteman? ini e-mail & FS saya : ratna_g_ayu@yahoo.com terimakasih Ratna Ayu Budhiarti |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan