Sebagaimana yang sudah kita simak tersebut di atas bahwa proses jasmani manusia terdiri dari empat anasir – api, angin, air dan tanah. Maka zat sifat anasir itulah yang membentuk lembaga watak manusia alias nafsu namanya.
Mengapa harus memakai istilah lembaga watak … ?!
Perlu Anda sekalian ketahui wahai para salikin bahwa nafsu itulah yang meng- ekspor watak manusia. Adapun pengertian ekspor disini ialah pengiriman watak dari jiwa ke organ jasmani. Nafsu juga dapat disebut sebagai eksploitasi sifat baik dan buruk yang bila tampak pada jasad disebut karakter alias tabiat. Jika ingin lebih jelas tentang nafsu (jiwa) yang telah tersedia pada diri manusia --yakni yang berproses dari kejadian aneka zat dan sifat seperti api, angin, air dan tanah yang disebut pula dengan nama zat an-organik-- maka penjelasannya bahwa nafsu yang bermukim pada diri manusia juga beraneka ragam coraknya, sebagaimana hal ikhwal empat anasir tersebut yang membentuk wujud nafsu menjadi akhlak jasmani.
Adapun jenis nafsu yang berdomisili serta berekskursi di mikro kosmos organ jasmani manusia terdiri atas sifat fujur (buruk) serta taqwa (baik), yaitu Nafsu Ammarah, Lawwamah, Sawwalat, Sawwiyah, Muthmainah, Radhiyah serta Mardhiyah.
Nafsu Ammarah meliputi sifat-sifat seperti Ath’imah (banyak makan); Asyrabah (banyak minum); Nawaa–im (banyak tidur); Jimaa’ (banyak kawin).
Nafsu Lawwamah berkisar pada sifat ghadab, ghibah, namimah, hasud, ‘ujub, takabur, riya’, cinta dunia, harta dan tahta.
Nafsu Sawwalat seiring dengan sifat–sifat kasal, futur, malal, sum’ah serta hijab.
Tiga nafsu diatas adalah fujur atau buruk alias jiwa yang diilhami kekejian. Hati- hatilah dengan tiga nafsu tersebut, wahai para salikin … !!!
Nafsu Sawwiyah yang terdiri dari sifat–sifat khauf, taqwa, raja’, zuhud, tawadhu, shabar, syukur, mahabbah, ridha, tawakal dan ikhlas.
Nafsu Muthmainnah yang berbusana arif billah, arif linafsih, dan berdiam pada mahligai khalifah fiil ardh.
Dua nafsu tersebut yang menghiasi tujuh anggota sujud manusia dengan akhlak mahmudah sebagai fitrah insan fii ahsani taqwiim (Manusia yang sebaik-baik kejadian).
Adapun nafsu Radhiyah dan Mardhiyah disebut nafsu “lathifatur rabaniyah” yakni nafsu ketuhanan yang sangat halus dan lembut meliputi ruh insan kamil.
Telah kita ketahui bahwa tujuh nafsu terurai di atas ialah yang mendominasi gerak langkah manusia yang mencerminkan watak dan tabiat. Apabila salah satu nafsu tersebut sedang melancarkan aksinya, misalnya nafsu amarah yang diistilahkan nafsu kebinatangan manusia, niscaya gerak hidupnya selayak binatang; sifat-sifatnya selalu cenderung berbuat maksiat baik maksiat lahir maupun batin. Maksiat batin ialah kekejian yang tersembunyi di dalam jiwa. Firman Allahul 'Azhim menjelaskan tentang nafsu Ammarah sebagai berikut :
Wamaa ubarriu nafsa inna nafsa la – ammaaratun bissuui ….
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahanku), karena sesungguhnya nafsu (amarah) itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” QS. 12 Yusuf : 53.
Nafsu Lawwamah disebut sebagai nafsu setan yang mendekam pada diri manusia. Ia selalu membisikan serta mengajak untuk berbuat keji. Keji yang dimaksud adalah sebagaimana sifat lawwamah yang sudah terurai diatas. Adapun ciri-ciri orang yang jiwanya telah dikuasai oleh nafsu lawwamah adalah watak dan etikanya terhiasi kefasikan, seiring penyesalan. Sebagai takwim (penjelasan) tentang reaksi nafsu lawwamah pada diri seseorang ialah sering melakukan perbuatan nista disusul dengan taubat sejalan penuh penyesalan, tetapi hal semacam itu berulang, hanya sekejap menyesal akibat dampak yang terjadi. FirmanNya :
Walaa uqsimu binnafsil lawwamah.
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa (nafsu) yang amat menyesali (dirinya).”
QS. 75 Al Qiyamah : 2.
Nafsu Sawwalat diidentikkan dengan predikat Iblis karena nafsu itulah yang selalu menggoncangkan akidah orang yang sedang meniti syari’at Islam. Cobalah perhatikan taswir (gambaran) orang yang mengidap nafsu Sawwalat … ! Langkah ibadah orang tersebut ahmak (rusak) karena perbuatan buruk itu dipandang baik menurut persepsinya. Coba perhatikan ayat Al Qur’aan dibawah ini:
Qaala bal sawwalat lakum anfusukum amraan
“Ya’kub berkata : Hanya dirimu sendirilah yang menganggap baik perbuatan (buruk) itu”.QS. 12 Yusuf : 83.
Nafsu Ammarah, Lawwamah dan Sawwalat yang telah terurai di atas termasuk golongan nafsu yang batil. Nafsu-nafsu itulah yang menjadi generator manusia berbuat kejahatan baik lahir maupun batin. Oleh karena itu “Matikanlah dirimu (nafsumu) sebelum datang ajal kepadamu”.
Nafsu Sawwiyah mendapat rahmat dari Allahur Rahman dan diistilahkan sebagai nafsu Malaikat karena nafsu tersebut sebagai generator perbuatan yang terpuji. Allahul lathif mengilhamkan kepada nafsu Sawwiyah ketaqwaan seiring kebersihan yang senantiasa menyelimutinya. Sebagaimana firman–Nya :
Wanafsiw wamaa sawwaahaa fa – alhamahaa fujuuraha wataqwaahaa.
“Dan jiwa (nafsu) serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” QS. 91 Asy Syams : 7 dan 8.
Adapun nafsu Muthmainah adalah jiwa yang tenang. Itulah hakikat manusia dan hamba Allahur Rabbul ‘Alamin, karena nafsu Muthmainah-lah yang dipanggil oleh Allahul khaliq dan yang berhak menjadi hamba Allahur Rahman serta mendapat prioritas untuk memasuki jannah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
Adapun nafsu Muthmainah adalah jiwa yang tenang. Itulah hakikat manusia dan hamba karena nafsu Muthmainah-lah yang dipanggil oleh dan yang berhak menjadi hamba serta mendapat prioritas untuk memasuki jannah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnatu. Irji’ii ilaa rabbiki raadhiyatan mardhiyatan. Fadkhulli fii ‘ibaadii wadkhulli jannatii.
“Hai jiwa yang tenang (nafsu Muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” QS. 89 Al Fajr : 27,28,29,30.
QS. 89 Al Fajr : 27,28,29,30.
Setelah kita mengetahui struktur organ nafsu manusia, jelaslah bagi kita bahwa gerak dan sifat manusia merupakan cermin nafsu-nafsu yang menguasainya. Apabila nafsu sifatnya berkehendak terhadap suatu yang didengar, dilihat, diraba serta dirasakannya maka akal itulah yang mempertimbangkan kehendak nafsu tersebut. Lain halnya keberadaan hati yang bertindak memutuskan masalah kehendak nafsu atas dasar pertimbangan akal. Akan tampak baik atau–pun buruk kehendak nafsu, juga dapat dilihat bahwa akal itu tidak pandai mem-pertimbangkan-nya, begitupun kebijaksanaan hati tatkala memutuskannya. Bila tujuh anggota sujud bergerak sebagai pelaksana kehendak nafsu. Dengan kata lain bahwa baik dan buruk akhlak tujuh anggota sujud seseorang itu tergantung kepada pertimbangan akal yang diperkuat oleh keputusan hati sebagai rajanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
Alaa inna jasadi mudhghatan. Idzaa shalahat shalahal jasadu kulluhu, waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qalbu.
“Ketahuilah ! Bahwa sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada terdapat segumpal daging. Apabila ia baik niscaya jadi baiklah seluruh (organ) tubuhnya dan apabila ia buruk niscaya jadilah seluruh tubuhnya buruk. Ketahuilah! Bahwa itu adalah hati.” HR Bukhari Muslim.
Keaneka ragaman nafsu-nafsu yang terurai di atas akan dijabarkan secara tartil (terperinci) pada pelajaran berikutnya. Barangsiapa yang ada hasrat untuk mengetahuinya, ikutilah secara seksama dan teliti dalam membaca serta memahaminya, sebab pelajaran yang kami berikan tersebut sangat erat dengan “Ilmu Tauhid” --Syari’at Bathiniah--.
Mengapa harus memakai istilah lembaga watak … ?!
Perlu Anda sekalian ketahui wahai para salikin bahwa nafsu itulah yang meng- ekspor watak manusia. Adapun pengertian ekspor disini ialah pengiriman watak dari jiwa ke organ jasmani. Nafsu juga dapat disebut sebagai eksploitasi sifat baik dan buruk yang bila tampak pada jasad disebut karakter alias tabiat. Jika ingin lebih jelas tentang nafsu (jiwa) yang telah tersedia pada diri manusia --yakni yang berproses dari kejadian aneka zat dan sifat seperti api, angin, air dan tanah yang disebut pula dengan nama zat an-organik-- maka penjelasannya bahwa nafsu yang bermukim pada diri manusia juga beraneka ragam coraknya, sebagaimana hal ikhwal empat anasir tersebut yang membentuk wujud nafsu menjadi akhlak jasmani.
Adapun jenis nafsu yang berdomisili serta berekskursi di mikro kosmos organ jasmani manusia terdiri atas sifat fujur (buruk) serta taqwa (baik), yaitu Nafsu Ammarah, Lawwamah, Sawwalat, Sawwiyah, Muthmainah, Radhiyah serta Mardhiyah.
Nafsu Ammarah meliputi sifat-sifat seperti Ath’imah (banyak makan); Asyrabah (banyak minum); Nawaa–im (banyak tidur); Jimaa’ (banyak kawin).
Nafsu Lawwamah berkisar pada sifat ghadab, ghibah, namimah, hasud, ‘ujub, takabur, riya’, cinta dunia, harta dan tahta.
Nafsu Sawwalat seiring dengan sifat–sifat kasal, futur, malal, sum’ah serta hijab.
Tiga nafsu diatas adalah fujur atau buruk alias jiwa yang diilhami kekejian. Hati- hatilah dengan tiga nafsu tersebut, wahai para salikin … !!!
Nafsu Sawwiyah yang terdiri dari sifat–sifat khauf, taqwa, raja’, zuhud, tawadhu, shabar, syukur, mahabbah, ridha, tawakal dan ikhlas.
Nafsu Muthmainnah yang berbusana arif billah, arif linafsih, dan berdiam pada mahligai khalifah fiil ardh.
Dua nafsu tersebut yang menghiasi tujuh anggota sujud manusia dengan akhlak mahmudah sebagai fitrah insan fii ahsani taqwiim (Manusia yang sebaik-baik kejadian).
Adapun nafsu Radhiyah dan Mardhiyah disebut nafsu “lathifatur rabaniyah” yakni nafsu ketuhanan yang sangat halus dan lembut meliputi ruh insan kamil.
Telah kita ketahui bahwa tujuh nafsu terurai di atas ialah yang mendominasi gerak langkah manusia yang mencerminkan watak dan tabiat. Apabila salah satu nafsu tersebut sedang melancarkan aksinya, misalnya nafsu amarah yang diistilahkan nafsu kebinatangan manusia, niscaya gerak hidupnya selayak binatang; sifat-sifatnya selalu cenderung berbuat maksiat baik maksiat lahir maupun batin. Maksiat batin ialah kekejian yang tersembunyi di dalam jiwa. Firman Allahul 'Azhim menjelaskan tentang nafsu Ammarah sebagai berikut :
Wamaa ubarriu nafsa inna nafsa la – ammaaratun bissuui ….
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahanku), karena sesungguhnya nafsu (amarah) itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” QS. 12 Yusuf : 53.
Nafsu Lawwamah disebut sebagai nafsu setan yang mendekam pada diri manusia. Ia selalu membisikan serta mengajak untuk berbuat keji. Keji yang dimaksud adalah sebagaimana sifat lawwamah yang sudah terurai diatas. Adapun ciri-ciri orang yang jiwanya telah dikuasai oleh nafsu lawwamah adalah watak dan etikanya terhiasi kefasikan, seiring penyesalan. Sebagai takwim (penjelasan) tentang reaksi nafsu lawwamah pada diri seseorang ialah sering melakukan perbuatan nista disusul dengan taubat sejalan penuh penyesalan, tetapi hal semacam itu berulang, hanya sekejap menyesal akibat dampak yang terjadi. FirmanNya :
Walaa uqsimu binnafsil lawwamah.
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa (nafsu) yang amat menyesali (dirinya).”
QS. 75 Al Qiyamah : 2.
Nafsu Sawwalat diidentikkan dengan predikat Iblis karena nafsu itulah yang selalu menggoncangkan akidah orang yang sedang meniti syari’at Islam. Cobalah perhatikan taswir (gambaran) orang yang mengidap nafsu Sawwalat … ! Langkah ibadah orang tersebut ahmak (rusak) karena perbuatan buruk itu dipandang baik menurut persepsinya. Coba perhatikan ayat Al Qur’aan dibawah ini:
Qaala bal sawwalat lakum anfusukum amraan
“Ya’kub berkata : Hanya dirimu sendirilah yang menganggap baik perbuatan (buruk) itu”.QS. 12 Yusuf : 83.
Nafsu Ammarah, Lawwamah dan Sawwalat yang telah terurai di atas termasuk golongan nafsu yang batil. Nafsu-nafsu itulah yang menjadi generator manusia berbuat kejahatan baik lahir maupun batin. Oleh karena itu “Matikanlah dirimu (nafsumu) sebelum datang ajal kepadamu”.
Nafsu Sawwiyah mendapat rahmat dari Allahur Rahman dan diistilahkan sebagai nafsu Malaikat karena nafsu tersebut sebagai generator perbuatan yang terpuji. Allahul lathif mengilhamkan kepada nafsu Sawwiyah ketaqwaan seiring kebersihan yang senantiasa menyelimutinya. Sebagaimana firman–Nya :
Wanafsiw wamaa sawwaahaa fa – alhamahaa fujuuraha wataqwaahaa.
“Dan jiwa (nafsu) serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” QS. 91 Asy Syams : 7 dan 8.
Adapun nafsu Muthmainah adalah jiwa yang tenang. Itulah hakikat manusia dan hamba Allahur Rabbul ‘Alamin, karena nafsu Muthmainah-lah yang dipanggil oleh Allahul khaliq dan yang berhak menjadi hamba Allahur Rahman serta mendapat prioritas untuk memasuki jannah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
Adapun nafsu Muthmainah adalah jiwa yang tenang. Itulah hakikat manusia dan hamba karena nafsu Muthmainah-lah yang dipanggil oleh dan yang berhak menjadi hamba serta mendapat prioritas untuk memasuki jannah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnatu. Irji’ii ilaa rabbiki raadhiyatan mardhiyatan. Fadkhulli fii ‘ibaadii wadkhulli jannatii.
“Hai jiwa yang tenang (nafsu Muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” QS. 89 Al Fajr : 27,28,29,30.
QS. 89 Al Fajr : 27,28,29,30.
Setelah kita mengetahui struktur organ nafsu manusia, jelaslah bagi kita bahwa gerak dan sifat manusia merupakan cermin nafsu-nafsu yang menguasainya. Apabila nafsu sifatnya berkehendak terhadap suatu yang didengar, dilihat, diraba serta dirasakannya maka akal itulah yang mempertimbangkan kehendak nafsu tersebut. Lain halnya keberadaan hati yang bertindak memutuskan masalah kehendak nafsu atas dasar pertimbangan akal. Akan tampak baik atau–pun buruk kehendak nafsu, juga dapat dilihat bahwa akal itu tidak pandai mem-pertimbangkan-nya, begitupun kebijaksanaan hati tatkala memutuskannya. Bila tujuh anggota sujud bergerak sebagai pelaksana kehendak nafsu. Dengan kata lain bahwa baik dan buruk akhlak tujuh anggota sujud seseorang itu tergantung kepada pertimbangan akal yang diperkuat oleh keputusan hati sebagai rajanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
Alaa inna jasadi mudhghatan. Idzaa shalahat shalahal jasadu kulluhu, waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qalbu.
“Ketahuilah ! Bahwa sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada terdapat segumpal daging. Apabila ia baik niscaya jadi baiklah seluruh (organ) tubuhnya dan apabila ia buruk niscaya jadilah seluruh tubuhnya buruk. Ketahuilah! Bahwa itu adalah hati.” HR Bukhari Muslim.
Keaneka ragaman nafsu-nafsu yang terurai di atas akan dijabarkan secara tartil (terperinci) pada pelajaran berikutnya. Barangsiapa yang ada hasrat untuk mengetahuinya, ikutilah secara seksama dan teliti dalam membaca serta memahaminya, sebab pelajaran yang kami berikan tersebut sangat erat dengan “Ilmu Tauhid” --Syari’at Bathiniah--.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan