Mengapa Romeo bisa jatuh cinta kepada Juliet? Mengapa Shah Jehan bisa tergila-gila kepada Mumtaz Mahal? Mengapa Roro Mendut bisa kasmaran dengan Pronocitro? Mengapa Anda bisa jatuh cinta pada kekasih anda saat ini? Jawabannya bisa beragam. Akan tetapi apapun jawabannya sebenarnya hanya ada satu esensinya, yakni bahwa mereka dicintai karena memiliki daya tarik.Mustahil kita bisa mencintai seseorang yang tidak memiliki daya tarik apapun. Pastilah yang kita cintai memiliki suatu daya tarik yang membuat kita tertarik untuk mendekat padanya. Daya tarik itu bisa beragam, bisa karena fisiknya yang menarik (cantik, tampan, atletis, atau seksi), bisa karena kesamaan (kesamaan minat, kesamaan latar belakang, dan lainnya), bisa karena kedekatan (sama-sama satu kampus, sama-sama satu gang), atau lainnya. Tulisan ini akan membahas prinsip-prinsip dasar dari daya tarik dan sumber daya tarik.
-
Prinsip dasar daya tarik
-
Penguatan. Kita menyukai orang yang memberikan respon positif atas sikap dan tindakan kita. Artinya bila sikap dan tindakan kita mendapatkan pujian dari seseorang maka kita akan cenderung untuk semakin menyukai orang tersebut. Berdasarkan prinsip ini, maka pujian terhadap pasangan sangat dianjurkan. Pujian akan menyebabkan pasangan merasa mendapat penguatan positif atas dirinya, dan itu berarti pula ia akan semakin menyukai kita. Resiprositas merupakan prinsip yang terkandung dalam prinsip penguatan. Prinsip ini menerangkan bahwa emosi positif cenderung akan dibalas dengan emosi positif. “I love you because you love me” demikian yang sering diungkapkan orang adalah benar adanya. Bila seseorang kita rasakan mencintai diri kita maka kitapun cenderung untuk mencintainya, minimal menyukainya. Jadi untuk bisa mendapatkan cinta kita tidak bisa menunggu, kita harus aktif mencintai dan maka kita akan dicintai.
-
Asosiasi. Kita cenderung menyukai orang yang diasosiasikan dengan hal-hal baik. Oleh karenanya menjauhlah dari hal-hal yang dilabeli buruk untuk mendapatkan cinta dari seseorang. Bila mabuk dianggap buruk janganlah kita mabuk karena kitapun akan dinilai buruk sebagai asosiasi dengan perilaku mabuk. Akibatnya kita menjadi tidak disukai. Agar disukai kita harus mendekatkan diri pada hal-hal yang positif.
-
Pertukaran yang seimbang. Setiap orang akan selalu memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari suatu hubungan, meskipun tidak selalu eksplisit. Seseorang akan menyukai orang yang memberikannya hal-hal positif seperti keamanan, rasa dicintai, perhatian, dan lainnya. Sebaliknya bila hubungan dinilai merugikan, seseorang akan cenderung untuk mulai tidak menyukai pasangannya. Misalnya bila dalam hubungan seseorang merasa tidak mendapatkan perhatian sebesar perhatian yang diberikannya, maka ia cenderung untuk mulai tidak menyukai pasangannya.Pertukaran yang adil dalam hubungan mutlak penting. Ketidakseimbangan pertukaran menimbulkan ketidakpuasan dalam hubungan. Sebagai ilustrasi, Andi berpacaran dengan Ana selama lebih dari dua tahun. Selama itu Ana yang selalu datang ke rumah Andi, selalu membayari makan kalau makan diluar, selalu membelikan hadiah-hadiah, dan sebagainya. Sedangkan Andi tidak pernah melakukan apapun buat Ana, bahkan berterima kasihpun kadang tidak. Tentu saja Ana kemudian berpikir bahwa hubungan itu buruk karena apa yang dipertukarkan antara mereka tidak seimbang. Akhirnya Ana memutuskan untuk berpisah dari Andi.
-
Sumber Daya Tarik
-
Kesamaan. Apakah anda pernah mengingat-ingat dengan siapa anda lebih tertarik untuk berbicara? Kalau belum, pikirkanlah. Anda akan menemukan bahwa anda lebih suka berbicara dengan orang yang memiliki minat yang sama dengan anda. Demikian juga dalam hal cinta. Kita cenderung untuk menyukai seseorang yang memiliki kemiripan dengan diri kita baik secara fisik, karakteristik kepribadian, nilai-nilai, sikap, ataupun latar belakang. Prinsip kesamaan ini dikenal dengan nama ‘Matching Hypothesis’.
-
Kita cenderung untuk untuk membuat bentuk hubungan cinta dengan orang yang kita rasakan sama dengan diri kita dalam hal daya tarik fisik (Yela & Sangrador, 2001). Bila seseorang merasa tidak terlalu cantik, maka mungkin dia tidak akan mencintai orang yang terlalu tampan. Ia akan memilih orang yang kurang lebih setara dalam daya tarik fisik. Mudah kita temui umumnya pasangan cenderung lebih similar dalam hal daya tarik fisik.
-
Kita juga cenderung membuat hubungan cinta dengan orang yang memiliki kemiripan karakteristik kepribadian dengan kita. Laki-laki dengan karakteristik kepribadian hipermaskulin (menikmati tantangan dan bahaya, percaya bahwa agresivitas adalah ciri laki-laki sejati, mengekpresikan keyakinan kurang berperasaan terhadap seks dan wanita) akan cenderung saling menyukai dengan perempuan hiperfeminin (percaya bahwa dirinya sukses bila bisa membentuk hubungan dengan laki-laki, menggunakan seksualitasnya sebagai aset, dan menerima agresivitas laki-laki). Seseorang yang terbuka juga cenderung menyukai orang yang sama terbukanya dengan dirinya. Seseorang yang menyukai petualangan umumnya juga akan menyukai orang yang suka berpetualang.
-
Kita akan cenderung untuk menyukai orang yang memvalidasi atau membenarkan sikap-sikap kita. Oleh karena itu kesamaan sikap merupakan faktor penting dalam daya tarik. Bila dua orang selalu memiliki sikap yang berbeda maka kemungkinan terjadinya hubungan kecil. Perbedaan sikap akan membuat sikap-sikap yang dimiliki seseorang dikonfrontir sehingga membuat tidak nyaman. Misalnya saja anda adalah aktivis yang sangat mendukung kesetaraan jender, tapi sementara itu pasangan anda menginginkan anda hanya tinggal dirumah saja bila menikah. Apakah kira-kira anda akan terus menyukai pasangan anda?
-
Kesamaan nilai-nilai yang dianut juga salah satu faktor daya tarik. Bila kita muslim maka kita cenderung untuk menyukai muslim juga, terutama bila kita muslim yang taat. Kecenderungan ini barangkali tumbuh dari pertimbangan rasional bahwa mencintai orang yang berbeda nilai sama sekali sia-sia karena kecil kemungkinan cinta itu terwujud dalam hubungan. Lihatlah sekitar kita, kita akan menemui pasangan-pasangan dengan latar belakang yang kurang lebih sama. Kisah Cinderella, seorang gadis miskin menikah dengan pangeran kaya raya adalah kasus langka, dan bahkan mungkin hanya ditemui dalam dongeng. Pada kenyataannya umumnya pasangan relatif setara dalam hal etnisitas, kondisi ekonomi keluarga, umur, keyakinan, pendidikan, dan lainnya. Prinsip kesamaan ini bisa menjelaskan kenapa perantau-perantau yang jauh dari kampung halaman, toh akhirnya di rantau mendapatkan orang sekampung juga.
-
Keakraban. Keakraban merupakan faktor yang turut menentukan apakah kita akan mencintai seseorang. Semakin akrab diri kita dengan seseorang maka kita akan cenderung semakin menyukainya. Dua orang yang semakin akrab juga akan ‘merasa’ semakin memiliki banyak kesamaan. Tidaklah mengherankan bila banyak hubungan cinta terbangun setelah melalui proses menjadi akrab. Pepatah klasik “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” bukanlah pepatah tanpa dasar.
-
Kedekatan fisik (propinquity). Faktor kedekatan fisik (tempat tinggal, kampus, tempat kerja) merupakan prediktor terbaik untuk melihat apakah diantara mereka akan saling mencintai dan menjalin hubungan cinta. Lihatlah disekitar kita, mereka yang saling mencintai selalu berawal karena kedekatan fisik; sama-sama satu kos, sama-sama satu kampus, sama-sama satu organisasi, sama-sama satu RT, sama-sama satu tempat kerja, dan lainnya.
-
Daya tarik pribadi. Daya tarik pribadi merupakan faktor yang paling menentukan apakah seseorang akan mencintai atau tidak. Penilaian daya tarik pribadi adalah penilaian utama sebelum memutuskan mencintai. Daya tarik pribadi terdiri dari dari daya tarik fisik, daya tarik kepribadian, dan daya tarik sosial. Sebuah penelitian tentang daya tarik yang dilakukan oleh Faturochman di Yogyakarta pada tahun 1988, menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih mengukur faktor psikis seperti nilai-nilai, kepribadian, kecerdasan, prestasi, dan keberhasilan daripada faktor yang bersifat fisik seperti ketampanan atau kecantikan dan kedekatan fisik (Faturochman, 1988). Jadi, jangan khawatir bila anda merasa fisik anda tidak cukup ideal. Asalkan faktor psikis anda baik, maka anda akan jauh lebih dihargai daripada yang hanya mengandalkan daya tarik fisik semata.
-
Daya tarik fisik. Seperti yang sudah disinggung dimuka, kita cenderung untuk menyukai orang yang memiliki daya tarik fisik yang kurang lebih serupa dengan diri kita. Misalnya kita memilih orang yang satu ras dengan kita dimana perbedaan fisik tidak begitu terlihat kontras. Kita juga cenderung memilih orang yang memiliki warna kulit yang agak mirip, tinggi badan yang hampir sama, sampai berat badan yang tidak jauh berbeda. Namun kita berkecenderungan untuk menilai yang kita cintai memiliki daya tarik fisik yang sedikit lebih tinggi dibandingkan diri kita (Yela & Sangrador, 2001). Hal ini membuat kita merasa cukup puas mendapatkan cinta dari yang kita cintai, karena kita merasa mendapatkan seseorang yang lebih menarik. Hal ini dikarenakan tubuh juga merupakan sumber harga diri (Goldenberg, McCoy, Grennberg, Pyszczynski, Solomon, 2000), dan persepsi adanya daya tarik yang lebih tinggi dari pasangan akan membuat harga diri kita lebih positif.
-
Pada umumnya perempuan yang cantik dan laki-laki yang tampan, perempuan yang seksi dan laki-laki yang atletis paling disukai dalam berbagai hubungan termasuk hubungan cinta. Maka bersyukurlah mereka yang cantik dan tampan. setidaknya mereka berkesempatan memilih pasangan yang lebih banyak. Namun standar kecantikan dan ketampanan itu sendiri tidak tetap karena kecantikan sangatlah subjektif. Namun sulit kiranya untuk mengatakan Tamara Blezynki, Dian Sastro dan Tessa Kaunang, tidak cantik. Sebagaimana sulit untuk mengatakan Ferdi Hasan, Nicolas Saputra dan Onky Alexander tidak tampan.
-
Daya tarik kepribadian. Daya tarik kepribadian terkait dengan karakteristik pribadi seseorang. Pada penelitian Faturochman (1988) jelas menunjukkan bahwa daya tarik kepribadian dinilai jauh lebih penting daripada daya tarik fisik. Seseorang yang tidak terlalu tampan akan tetapi berkepribadian menyenangkan akan memiliki daya tarik yang lebih besar daripada bila seseorang tampan tapi berkepribadian tidak menyenangkan atau jelek.
-
Daya tarik sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa status seseorang secara sosial merupakan sumber daya tarik. Status dimaksud bisa terkait dengan ekonomi, kekuasaan, respek sosial, dan lainnya. Anda tentu berpikir sekian kali untuk menikah dengan seseorang yang tidak berpenghasilan, miskin, dan diabaikan masyarakat. Sebaliknya anda mungkin akan sangat tertarik dengan orang yang cukup kaya, apalagi jika berkuasa, dan dihormati masyarakat sekaligus.Daya tarik sosial tidak berarti hanya apa yang telah dimiliki seseorang, akan tetapi juga potensi seseorang untuk mendapatkannya. Bila mahasiswa dari universitas ternama dan dari jurusan favorit dianggap lebih memiliki peluang untuk mendapatkan berbagai status sosial yang tinggi, maka mereka juga akan lebih menarik sebagai pasangan. Di Inggris, lulusan Oxford University atau Cambridge University adalah yang paling menarik untuk dijadikan pasangan. Di Amerika Serikat, lulusan Berkeley, Stanford, Harvard, MIT, termasuk paling disukai sebagai pasangan. Di Indonesia, lulusan dari ITB, UGM, UI dan beberapa universitas besar lainnya lebih disukai sebagai pasangan. (Achmanto Mendatu)
PSIKOLOGI Online
-
Prinsip dasar daya tarik
-
Penguatan. Kita menyukai orang yang memberikan respon positif atas sikap dan tindakan kita. Artinya bila sikap dan tindakan kita mendapatkan pujian dari seseorang maka kita akan cenderung untuk semakin menyukai orang tersebut. Berdasarkan prinsip ini, maka pujian terhadap pasangan sangat dianjurkan. Pujian akan menyebabkan pasangan merasa mendapat penguatan positif atas dirinya, dan itu berarti pula ia akan semakin menyukai kita. Resiprositas merupakan prinsip yang terkandung dalam prinsip penguatan. Prinsip ini menerangkan bahwa emosi positif cenderung akan dibalas dengan emosi positif. “I love you because you love me” demikian yang sering diungkapkan orang adalah benar adanya. Bila seseorang kita rasakan mencintai diri kita maka kitapun cenderung untuk mencintainya, minimal menyukainya. Jadi untuk bisa mendapatkan cinta kita tidak bisa menunggu, kita harus aktif mencintai dan maka kita akan dicintai.
-
Asosiasi. Kita cenderung menyukai orang yang diasosiasikan dengan hal-hal baik. Oleh karenanya menjauhlah dari hal-hal yang dilabeli buruk untuk mendapatkan cinta dari seseorang. Bila mabuk dianggap buruk janganlah kita mabuk karena kitapun akan dinilai buruk sebagai asosiasi dengan perilaku mabuk. Akibatnya kita menjadi tidak disukai. Agar disukai kita harus mendekatkan diri pada hal-hal yang positif.
-
Pertukaran yang seimbang. Setiap orang akan selalu memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari suatu hubungan, meskipun tidak selalu eksplisit. Seseorang akan menyukai orang yang memberikannya hal-hal positif seperti keamanan, rasa dicintai, perhatian, dan lainnya. Sebaliknya bila hubungan dinilai merugikan, seseorang akan cenderung untuk mulai tidak menyukai pasangannya. Misalnya bila dalam hubungan seseorang merasa tidak mendapatkan perhatian sebesar perhatian yang diberikannya, maka ia cenderung untuk mulai tidak menyukai pasangannya.Pertukaran yang adil dalam hubungan mutlak penting. Ketidakseimbangan pertukaran menimbulkan ketidakpuasan dalam hubungan. Sebagai ilustrasi, Andi berpacaran dengan Ana selama lebih dari dua tahun. Selama itu Ana yang selalu datang ke rumah Andi, selalu membayari makan kalau makan diluar, selalu membelikan hadiah-hadiah, dan sebagainya. Sedangkan Andi tidak pernah melakukan apapun buat Ana, bahkan berterima kasihpun kadang tidak. Tentu saja Ana kemudian berpikir bahwa hubungan itu buruk karena apa yang dipertukarkan antara mereka tidak seimbang. Akhirnya Ana memutuskan untuk berpisah dari Andi.
-
Sumber Daya Tarik
-
Kesamaan. Apakah anda pernah mengingat-ingat dengan siapa anda lebih tertarik untuk berbicara? Kalau belum, pikirkanlah. Anda akan menemukan bahwa anda lebih suka berbicara dengan orang yang memiliki minat yang sama dengan anda. Demikian juga dalam hal cinta. Kita cenderung untuk menyukai seseorang yang memiliki kemiripan dengan diri kita baik secara fisik, karakteristik kepribadian, nilai-nilai, sikap, ataupun latar belakang. Prinsip kesamaan ini dikenal dengan nama ‘Matching Hypothesis’.
-
Kita cenderung untuk untuk membuat bentuk hubungan cinta dengan orang yang kita rasakan sama dengan diri kita dalam hal daya tarik fisik (Yela & Sangrador, 2001). Bila seseorang merasa tidak terlalu cantik, maka mungkin dia tidak akan mencintai orang yang terlalu tampan. Ia akan memilih orang yang kurang lebih setara dalam daya tarik fisik. Mudah kita temui umumnya pasangan cenderung lebih similar dalam hal daya tarik fisik.
-
Kita juga cenderung membuat hubungan cinta dengan orang yang memiliki kemiripan karakteristik kepribadian dengan kita. Laki-laki dengan karakteristik kepribadian hipermaskulin (menikmati tantangan dan bahaya, percaya bahwa agresivitas adalah ciri laki-laki sejati, mengekpresikan keyakinan kurang berperasaan terhadap seks dan wanita) akan cenderung saling menyukai dengan perempuan hiperfeminin (percaya bahwa dirinya sukses bila bisa membentuk hubungan dengan laki-laki, menggunakan seksualitasnya sebagai aset, dan menerima agresivitas laki-laki). Seseorang yang terbuka juga cenderung menyukai orang yang sama terbukanya dengan dirinya. Seseorang yang menyukai petualangan umumnya juga akan menyukai orang yang suka berpetualang.
-
Kita akan cenderung untuk menyukai orang yang memvalidasi atau membenarkan sikap-sikap kita. Oleh karena itu kesamaan sikap merupakan faktor penting dalam daya tarik. Bila dua orang selalu memiliki sikap yang berbeda maka kemungkinan terjadinya hubungan kecil. Perbedaan sikap akan membuat sikap-sikap yang dimiliki seseorang dikonfrontir sehingga membuat tidak nyaman. Misalnya saja anda adalah aktivis yang sangat mendukung kesetaraan jender, tapi sementara itu pasangan anda menginginkan anda hanya tinggal dirumah saja bila menikah. Apakah kira-kira anda akan terus menyukai pasangan anda?
-
Kesamaan nilai-nilai yang dianut juga salah satu faktor daya tarik. Bila kita muslim maka kita cenderung untuk menyukai muslim juga, terutama bila kita muslim yang taat. Kecenderungan ini barangkali tumbuh dari pertimbangan rasional bahwa mencintai orang yang berbeda nilai sama sekali sia-sia karena kecil kemungkinan cinta itu terwujud dalam hubungan. Lihatlah sekitar kita, kita akan menemui pasangan-pasangan dengan latar belakang yang kurang lebih sama. Kisah Cinderella, seorang gadis miskin menikah dengan pangeran kaya raya adalah kasus langka, dan bahkan mungkin hanya ditemui dalam dongeng. Pada kenyataannya umumnya pasangan relatif setara dalam hal etnisitas, kondisi ekonomi keluarga, umur, keyakinan, pendidikan, dan lainnya. Prinsip kesamaan ini bisa menjelaskan kenapa perantau-perantau yang jauh dari kampung halaman, toh akhirnya di rantau mendapatkan orang sekampung juga.
-
Keakraban. Keakraban merupakan faktor yang turut menentukan apakah kita akan mencintai seseorang. Semakin akrab diri kita dengan seseorang maka kita akan cenderung semakin menyukainya. Dua orang yang semakin akrab juga akan ‘merasa’ semakin memiliki banyak kesamaan. Tidaklah mengherankan bila banyak hubungan cinta terbangun setelah melalui proses menjadi akrab. Pepatah klasik “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” bukanlah pepatah tanpa dasar.
-
Kedekatan fisik (propinquity). Faktor kedekatan fisik (tempat tinggal, kampus, tempat kerja) merupakan prediktor terbaik untuk melihat apakah diantara mereka akan saling mencintai dan menjalin hubungan cinta. Lihatlah disekitar kita, mereka yang saling mencintai selalu berawal karena kedekatan fisik; sama-sama satu kos, sama-sama satu kampus, sama-sama satu organisasi, sama-sama satu RT, sama-sama satu tempat kerja, dan lainnya.
-
Daya tarik pribadi. Daya tarik pribadi merupakan faktor yang paling menentukan apakah seseorang akan mencintai atau tidak. Penilaian daya tarik pribadi adalah penilaian utama sebelum memutuskan mencintai. Daya tarik pribadi terdiri dari dari daya tarik fisik, daya tarik kepribadian, dan daya tarik sosial. Sebuah penelitian tentang daya tarik yang dilakukan oleh Faturochman di Yogyakarta pada tahun 1988, menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih mengukur faktor psikis seperti nilai-nilai, kepribadian, kecerdasan, prestasi, dan keberhasilan daripada faktor yang bersifat fisik seperti ketampanan atau kecantikan dan kedekatan fisik (Faturochman, 1988). Jadi, jangan khawatir bila anda merasa fisik anda tidak cukup ideal. Asalkan faktor psikis anda baik, maka anda akan jauh lebih dihargai daripada yang hanya mengandalkan daya tarik fisik semata.
-
Daya tarik fisik. Seperti yang sudah disinggung dimuka, kita cenderung untuk menyukai orang yang memiliki daya tarik fisik yang kurang lebih serupa dengan diri kita. Misalnya kita memilih orang yang satu ras dengan kita dimana perbedaan fisik tidak begitu terlihat kontras. Kita juga cenderung memilih orang yang memiliki warna kulit yang agak mirip, tinggi badan yang hampir sama, sampai berat badan yang tidak jauh berbeda. Namun kita berkecenderungan untuk menilai yang kita cintai memiliki daya tarik fisik yang sedikit lebih tinggi dibandingkan diri kita (Yela & Sangrador, 2001). Hal ini membuat kita merasa cukup puas mendapatkan cinta dari yang kita cintai, karena kita merasa mendapatkan seseorang yang lebih menarik. Hal ini dikarenakan tubuh juga merupakan sumber harga diri (Goldenberg, McCoy, Grennberg, Pyszczynski, Solomon, 2000), dan persepsi adanya daya tarik yang lebih tinggi dari pasangan akan membuat harga diri kita lebih positif.
-
Pada umumnya perempuan yang cantik dan laki-laki yang tampan, perempuan yang seksi dan laki-laki yang atletis paling disukai dalam berbagai hubungan termasuk hubungan cinta. Maka bersyukurlah mereka yang cantik dan tampan. setidaknya mereka berkesempatan memilih pasangan yang lebih banyak. Namun standar kecantikan dan ketampanan itu sendiri tidak tetap karena kecantikan sangatlah subjektif. Namun sulit kiranya untuk mengatakan Tamara Blezynki, Dian Sastro dan Tessa Kaunang, tidak cantik. Sebagaimana sulit untuk mengatakan Ferdi Hasan, Nicolas Saputra dan Onky Alexander tidak tampan.
-
Daya tarik kepribadian. Daya tarik kepribadian terkait dengan karakteristik pribadi seseorang. Pada penelitian Faturochman (1988) jelas menunjukkan bahwa daya tarik kepribadian dinilai jauh lebih penting daripada daya tarik fisik. Seseorang yang tidak terlalu tampan akan tetapi berkepribadian menyenangkan akan memiliki daya tarik yang lebih besar daripada bila seseorang tampan tapi berkepribadian tidak menyenangkan atau jelek.
-
Daya tarik sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa status seseorang secara sosial merupakan sumber daya tarik. Status dimaksud bisa terkait dengan ekonomi, kekuasaan, respek sosial, dan lainnya. Anda tentu berpikir sekian kali untuk menikah dengan seseorang yang tidak berpenghasilan, miskin, dan diabaikan masyarakat. Sebaliknya anda mungkin akan sangat tertarik dengan orang yang cukup kaya, apalagi jika berkuasa, dan dihormati masyarakat sekaligus.Daya tarik sosial tidak berarti hanya apa yang telah dimiliki seseorang, akan tetapi juga potensi seseorang untuk mendapatkannya. Bila mahasiswa dari universitas ternama dan dari jurusan favorit dianggap lebih memiliki peluang untuk mendapatkan berbagai status sosial yang tinggi, maka mereka juga akan lebih menarik sebagai pasangan. Di Inggris, lulusan Oxford University atau Cambridge University adalah yang paling menarik untuk dijadikan pasangan. Di Amerika Serikat, lulusan Berkeley, Stanford, Harvard, MIT, termasuk paling disukai sebagai pasangan. Di Indonesia, lulusan dari ITB, UGM, UI dan beberapa universitas besar lainnya lebih disukai sebagai pasangan. (Achmanto Mendatu)
PSIKOLOGI Online